BREAKING

Senin, 28 Desember 2015

HUBUNGAN ANTAR ILMU DAN REALITA KEHIDUPAN INDIVIDU, KELUARGA, MASYARAKAT, DAN AGAMA


  1. Latar Belakang
Manusia pada dasarnya adalah mahluk yang hidup dalam kelompok dan mempunyai organisasi yang terbatas. Untuk mengatasi keterbatasan kemampuan organisasinya itu, manusia mengembangkan sistem-sistem dalam hidupnya melalui kemampuan akalnya seperti sistem mata pencaharian, sistem perlengkapan hidup dan lain-lain. Kehidupan secara lebih baik merupakan tujuan yang ingin dicapai oleh manusia dalam kehidupannya. Untuk mencapai hidup secara lebih baik manusia perlu untuk dibentuk atau diarahkan. Pembentukan manusia itu dapat melalui pendidikan atau ilmu yang mempengaruhi pengetahuan tentang diri dan dunianya, melalui keluarga, melalui kehidupan sosial atau polis, dan melalui agama.
Dalam makalah ini kami akan membahas tentang hubungan antara ilmu dan realita kehidupan individu, keluarga, masyarakat, dan agama. Hubungan ilmu dengan kemanusiaan sangatlah erat sekali dikarenakan ilmu bisa berkembang karena keberadaan manusia, manusia mewujudkan sifat-sifat baiknya untuk memelihara kelangsungan hidup ini didunia dan manusia memenuhi kebutuhan hidupnya juga dengan ilmu. Tentunya degan ilmu manusia akan diarahkan kepada hal yang baik menurut dirinya dan bermanfaat untuk lainnya. Dan manusialah yang bisa mengembangkan keilmuaannnya yang didapat melalui proses berpikir.

  1. Rumusan Masalah
  1. Bagaimanakah Definisi Ilmu, Pengetahuan, dan Sains?
  2. Bagaimana hubungan Manusia Indonesia: Individu, Keluarga, dan Masyarakat?
  3. Bagaimana Peranan Ilmu dalam Kehidupan Manusia?
  4. Bagaimana Keterkaitan Ilmu dengan Agama ?


  1. Tujuan
  1. Mengetahui Definisi Ilmu, Pengetahuan, dan Sains.
  2. Mengetahui hubungan hubungan Manusia Indonesia: Individu, Keluarga, dan Masyarakat.
  3. Mengetahui Peranan Ilmu dalam Kehidupan Manusia
  4. Mengetahui Keterkaitan Ilmu dengan Agama



BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Ilmu, Pengetahuan, dan Sains
    1. Ilmu
Dilihat dari segi bahasa, ilmu berasal dari bahasa arab yaitu al-ilmu, atau dari bahasa Yunani yaitu logos, yang berarti pengetahuan.
Orang-orang yang mempelajari bahasa Arab mengalami sedikit kebingungan tatkala menghadapi kata “ilmu”. Dalam bahasa Arab kata ” Al-ilm” berarti pengetahuan (knowledge). Sedangkan kata ilmu dalam bahasa indonesia biasanya merupakan terjemahan dari science. Ilmu dalam arti science itu hanya sebagian dari Al-ilm dalam bahasa Arab. Maksudnya agar orang yang mengerti bahasa Arab tidak bingung membedakan kata ilmu (science) dengan kata ilmu (knowledge) (Tafsir, 2010)
Di lingkungan non-akademis, kata ilmu dapat melekat pada konsep-konsep seperti nujum lantas disebut ilmu nujum, ilmu kebatinan, ilmu sulap, ilmu perbintangan (yang di maksud bukan astronomi), dan ilmu santet.
Artinya jauh dari gambaran objek-objek empiris, proyek-proyek percobaan (eksperimen) dan pengujian atas sesuatu hipotesis (Verifikasi). Dikalangan akademis, kata ilmu kerap kali dipakai dalam hubungannya dengan beberapa pengetahuan manusia, seperti ilmu hayat untuk biologi, ilmu alamiah dasar, ilmu hukum, ilmu alam dan sebagainya.
Dari penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa ilmu pada dasarnya adalah pengetahuan tentang sesuatu hal atau fenomena, baik yang menyangkut alam atau sosial (kehidupan masyarakat). Ilmu diperoleh manusia melalui proses berfikir.
    1. Pengetahuan
Pengetahuan adalah segala sesuatu yang datang sebagai hasil dari aktifitas panca indra untuk mengetahui, yaitu terungkapnya suatu kenyataan dalam jiwa sehingga tidak ada keraguan terhadapnya. Sedangkan, ilmu menghendaki lebih jauh, luas dan dalam dari pengetahuan. Indra dapat menipu manusia yang berpikir, tidak sesuai antara pengamatan sebagai laporan indra dengan kenyataan. Apalagi pengamatan indra bisa dipengaruhi leh ilusi, halusinansi dan fantasi (Rahman, 2008:69)
Berpikir pada dasarnya merupakan proses yang membuahkan pengetahuan. Proses ini merupakan serangkaian gerak pemikiran dalam mengikuti jalan pemikiran tertentu yang akhirnya sampai pada sebuah kesimpulan yang berupa pengetahuan. Gerak pemikiran ini dalam kegiatannya mempergunakan lambang yang merupakan abstraksi dari obyek yang sedang kita pikirkan. Salah satu lambangnya yaitu dengan bahasa, maksudnya dengan bahasa obyek-obyek kehidupan yang konkret dapat dinyatakan dengan kata-kata.
    1. Sains
Science diambil dari kata latin scientia yang arti harfiahnya adalah pengetahuan. Sund dan Trowbribge merumuskan bahwa Sains merupakan kumpulan pengetahuan dan proses. Sedangkan Kuslan Stone menyebutkan bahwa Sains adalah kumpulan pengetahuan dan cara-cara untuk mendapatkan dan mempergunakan pengetahuan itu. Sains merupakan produk dan proses yang tidak dapat dipisahkan. “Real Science is both product and process, inseparably joint” (Wikipedia Ensiklopedia 2015)
Hans Reichenbach menyebutkan bahwa sains disebut juga dengan pengetahuan yang bersifat bisa memprediksi (Predictive Knowledge). Dengan demikian maksudnya yang penting adalah mengetahui dan bisa menjelaskan alasan, konteks, ruang lingkup, maksud, tujuan, dan fungsi dari suatu istilah yang kita pakai sehingga orang lain tidak keliru memaknai hal tersebut. 
Sains berisi teori yang pada dasarnya menerangkan hubungan sebab akibat. Sain tidak memberikan nilai baik atau buruk, halal atau haram, sopan atau tidak sopan, indah atau tidak indah; sain hanya memberikan nilai benar atau salah (Tafsir, 2013: 35).


Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan, bahwa sains adalah bagian kecil dari ilmu atau merupakan salah satu disiplin ilmu yang lebih khusus pada bidang tertentu yakni lebih ke bidang teknologi. Sains disebut juga dengan pengetahuan yang bersifat bisa memprediksi
B. Manusia Indonesia: Individu, Keluarga, dan Masyarakat
Kaum behavioristik, (Hansen dalam Fattah, 2008: 18) menganngap bahwa manusia adalah makhluk reflektif yang perilakunya dikontrol oleh faktor-faktor yang datang dari luar. Di sini lingkungan menjadi faktor penentu terhadap tingkah laku manusia. Dengan kata lain, kepribadian manusia dapat dikembalikan semata-mata kepada hubunga atar individu dan lingkungannya.
Menurut ilmu Antropologi Budaya, manusia adalah organisme sosiobudaya yang memiliki ciri-ciri berkelompok, memiliki budaya, dan memiliki perilaku-perilaku yang sesuai dengan pola budaya yang diajarkan dari satu generasi ke generasi lainnya (Mudyaharjo, 2001: 19). Manusia meliputi individu, keluarga, dan masyarakat dalam arti luas yaitu berkaitan dengan alam serta lingkungan. Individu diartikan sebagai “seorang manusia “. Sebagai lawan perbandingannya dengan banyak manusia atau orang, seseorang.
Lysen mengartikan individu sebagai ”orang-seorang”, seorang yang merupakan suatu keutuhan yang tidak dapat dibagi-bagi (in devide). Selanjutnya individu diartikan sebagai pribadi. Setiap anak manusia dilahirkan telah dikaruniai potensi untuk menjadi berbeda dari yang lain, atau menjadi (seperti) dirinya sendiri. Tidak ada diri individu yang identik dimuka bumi (Munib, 2011).
Kesadaran manusia akan keindividualitasan dirinya bisa mangarah pada dua dimensi yaitu dimensi kedirian dan dimensi keegoisan. Kesadaran kedirian dinyatakan dengan self-existence. Self-existence ini mencakup kepribadian, perasaan, dan perbedaan pribadi, self realization, kesadaran potensi pribadi, dan sebagainya. Manusia berpikir karena memiliki akal. Manusia memiliki kemampuan untuk membuat dan mengambil keputusan hal inilah yang tidak dimiliki oleh makhluk lainnya. Manusia dapat mengambil keputusan terletak pada kemampuan manusia untuk berpikir dan bernalar, sedangkan kemampuan berpikir dan bernalar itu dimungkinkan pada manusia karena ia memiliki susunan otak yang paling sederhana dibanding dengan otak berbagai jenis makhluk hidup lainnya.
Sedangkan keluarga, unit/satuan masyarakat terkecil yang sekaligus merupakan suatu kelompok kecil dalam masyarakat. Kelompok ini dalam hubungannya dengan perkembangan individu sering dikenal dengan sebutan primary group. Kelompok inilah yang melahrikan individu dengan berbgai macam bentuk kepribadiannya dalam masyarakat. Keluarga merupakan gejala universal yang terdapat dimana-mana di dunia ini. Sebagai gejala yang universal, keluarga mempunyai 4 karakteristik yang memberi kejelasan tentang konsep keluarga. (Suci, 2005):
  1. Keluarga terdiri dari orang-orang yang bersatu karena ikatan perkawinan, darah atau adopsi. Yang mengiakt suami dan istri adalah perkawinan, yang mempersatukan orang tua dan anak-anak adalah hubungan darah (umumnya) dan kadang-karang adopsi.
  2. Para anggota suatu keluarga biasanya hidup bersama-sama dalam satu rumah dan mereka membentuk sautu rumah tangga (household), kadang-kadang satu rumah tangga itu hanya terdiri dari suami istri tanpa anak-anak, atau dengan satu atau dua anak saja.
  3. Keluarga itu merupakan satu kesatuan orang-orang yang berinteraksi dan saling berkomunikasi, yang memainkan peran suami dan istri, bapak dan ibu, anak laki-laki dan anak perempuan
  4. Keluarga itu mempertahankan suatu kebudayaan bersama yang sebagian besar berasal dari kebudayaan umum yang lebih luas.
Dalam bentuknya yang paling dasar sebuah keluarga terdiri atas seorang laki-laki dan seorang perempuan, dan ditambah dengan anak-anak mereka yang belum menikah, biasanya tinggal dalam satu rumah, dalam antropologi disebut keluarga inti. satu keluarga ini dapat juga terwujud menjadi keluarga luas dengan adanya tambahan dari sejumlah orang lain, baik yang kerabat maupun yang tidak sekerabat, yang secara bersama-sama hidup dalam satu rumah tangga dengan keluarga inti.
Masyarakat adalah suatu istilah yang kita kenal dalam kehidupan sehari-hari. Menurut Peter L Berger seorang ahli sosiologi memberikan definisi masyarakat sebagai berikut: “ masyarakat merupakan suatu keseluruhan kompleks hubungan manusia yang luas sifatnya.”. Koentjaraningrat dalam tulisannya menyatakan bahwa masyarakat adalah sekumpulan manusia atau kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurut suatu sistem adat istiadat tertentu yang bersifat kontinyu, dan yang terikat oleh suatu rasa identitas bersama. Dalam psikologi sosial masyarakat dinyatakan sebagai sekelompok manusia dalam suatu kebersamaan hidup dan dengan wawasan hidup yang bersifat kolektif, yang menunjukkan keteraturan tingkah laku warganya guna memenuhi kebutuhan dan kepentingan masing-masing. Menilik kenyataan dilapangan, suatu masyarakat bisa berupa suatu suku bangsa, bisa juga berlatar belakang dari berbagai suku (Suci, 2005: 7)
Masyarakat adalah pergaulan hidup manusia (sehimpunan orang yang hidup bersama dalam suatu tempat dengan ikatan-ikatan aliran yang tertentu) atau sekelompok orang yang mempunyai identitas sendiri yang membedakan dengan kelompok lain dan hidup diam dalam wilayah atau daerah tertentu secara tersendiri. Mereka mempunyai norma-norma, ketentuan-ketentuan, dan peraturan-peraturan yang dipatuhi bersama sebagai suatu ikatan.
C. Peranan Ilmu dalam Kehidupan Manusia
    1. Sebagai Individu
Menurut T. Jacob (dalam Tafsir, 2013) Sains merupakan suatu sistem eksplanasi yang paling dapat diandalkan dibandingkan dengan sistem lainnya dalam mempelajari masa lampau, menjalani masa sekarang, serta mempersiapkan untuk masa depan. Berpikir merupakan suatu kegiatan untuk menemukan pengetahuan yang baru. Apa yang disebut benar bagi tiap orang adalah tidak sama, maka kegiatan berpikir untuk menghasilkan pengetahuan yang benar itupun berbeda-beda karena masing-masing mempunyai yang disebut dengan kriteria kebenaran yang merupakan suatu proses penemuan kebenaran tersebut. Manusia berpikir dan bernalar untuk mengumpulkan pengetahuan yang tersembunyi di alam raya ini. Proses mengumpulkan pengetahuan merupakan suatu proses belajar yang dialami manusia sejak ia lahir hingga ke liang lahat. Kemudian pengetahuan yang dikumpulkan manusia melalui penggunaan akalnya disusun menjadi suatu bentuk yang berpola.
Menurut pendapat penulis, peranan ilmu dalam kehidupan individu antara lain sebagai berikut.
  1. Dalam berkata-kata dan bertindak harus menggunakan ilmu yang cukup tentang tindakan tersebut sehingga tidak menimbulkan kesalahan. orang yang bertindak tanpa menggunakan ilmu bisa diibaratkan sedang berjalan pada arah yang tidak jelas sehingga kemungkinan besar akan tersesat entah kemana.
  2. Ilmu adalah alat untuk menuju hidup bahagia, sudah kita ketahui sebelumnya bahwa tubuh manusia selain terdiri dari jasmani juga ada rohani, jika jasmani membutuhkan makan minum maka rohani kita juga membutuhkan ilmu.
  3. Untuk menjadi bahan pengetahuan dalam menciptakan suatu barang atau produk yang dapat memudahkan aktifitas kehidupan manusia.
  4. Untuk menganalisa dan memperkirakan hubungan sebab akibat pada setiap kejadian sehingga bisa memutuskan untuk dapat menempuh langkah terbaik.
  5. Sebagai pedoman dalam membedakan mana yang baik dan jelek.
    1. Sebagai Keluarga
Ilmu merupakan bahan untuk membuat ramalan atau prediksi dan alat pengontrol. Ketika membuat eksplanasi, biasanya para ilmuwan telah mengetahui faktor yang menyebabkan timbulnya suatu gejala. Dari faktor tersebut para ilmuwan dapat membuat sebuah ramalan atau prediksi (Tafsir, 2013). Untuk menjadi individu yang “mandiri” harus melalui proses pemantapan dalam pergaulan di lingkungan keluarga pada tahap pertama. Terbentuk dalam lingkungan keluarga secara bertahap dan akan bertahap dan akan mengendap melalui sentuhan-sentuhan interaksi : etika, estetika, dan moral agama.
Menurut pendapat penulis, peranan ilmu dalam kehidupan keluarga antara lain:
  1. Keluarga yang menerapkan pendidikan keluarga dapat menghasilkan pribadi-pribadi anak yang menjadi baik. Pendidikan dalam keluarga dapat memberikan pengaruh besar terhadap karakter anak. Sebab itu kunci utama untuk menjadikan pribadi anak menjadi baik yang terutama terletak dalam pendidikan dalam keluarga.
  2. Ilmu sebagai landasan untuk membentuk rumah tangga. Perlu diketahui bahwa sesungguhnya pasangan suami isteri dalam kehidupan berumah tangga akan menghadapi banyak problem dan untuk mengatasinya perlu ilmu. Dengan ilmu, pasangan suami istri tahu apa tujuan yang akan dicapai dalam sebuah pernikahan yaitu untuk beribadah.
    1. Sebagai Masyarakat
Peranan ilmu dalam kehidupan masayarakat ada banyak sekali terutama dalam menghadapi era globalisasi seperti sekarang ini. Hampir semua kebutuhan masyarakat terpenuhi oleh adanya ilmu khususnya IPTEK. Misalnya dalam kehidupan sehari-hari masyarakat saling berkomunikasi melalui teknologi komunikasi, masyarakat pergi dari satu daerah ke daerah lain melalui teknologi transportasi, masyarakat menghasilkan suatu produk melalui teknologi produksi. Selain itu dalam berinteraksi, masyarakat menerapkan ilmu sosiologi dan antropologi. Dalam melalukan proses jual beli masyarakat menerapkan ilmu ekonomi, dan masih banyak yang lainnya.
Menurut Rachman (2006), Ilmu adalah perwujudan nilai, maka dengan mudah dapat dipahami adanya orang yang senantiasa mengusahakan terjadinya pengembangan ilmu. Jika terdapat masyarakat atau kebudayaan yang tidak pernah mengusahakan perkembangan ilmu, maka masyarakat itu atau kebudayaan itu agaknya tidak memiliki nilai. Sebaliknya jika di dalam masyarakat atau kebudayaan terdapat nilai-nilai yang luhur maka masyarakat itu memiliki tradisi berupa kegiatan ilmuan.
Membicarakan mengenai peranan ilmu dalam masyarakat tidak terlepas dari konsep masyarakat madani. Madani berasal dari kata  mudun   arti sederhananya  maju  atau biasa disebut  modern. Didalam kehidupan, masyarakat madani digolongkan sebagai masyarakat yang berilmu, memiliki rasa (emosi) secara individu maupun secara kelompok dan memiliki kemandirian dalam segala tata kehidupan serata taat terhadap peraturan-peraturan yang saling berlaku.
Masyarakat madani atau yang biasa disebut “civil society” oleh Dato Seri Anwar Ibrahim (1995), adalah masyarakat yang sistem sosial yang subur yang diasaskan kepada prinsip moral yang menjamin keseimbangan antara kebebasan perorangan dengan kestabilan masyarakat. Dalam rangka membangun “masyarakat madani modern”. meneladani Nabi bukan hanya penampilan fisik belaka, tapi sikap yang beliau peragakan saat berhubungan dengan sesama umat Islam ataupun dengan umat lain, seperti menjaga persatuan umat Islam, menghormati dan tidak meremehkan kelompok lain, berlaku adil kepada siapa saja, tidak melakukan pemaksaan agama, dan sifat-sifat luhur lainnya. 
D. Keterkaitan Ilmu dengan Agama
Berbicara mengenai agama, kita dapat mendefinisikan kata agama dengan meneliti dan memahami suatu agama tertentu. Tentu pandangan dan penilaian terhadap suatu agama akan mempengaruhi definisi yang didapatkan. Banyaknya definisi itu diakibatkan oleh banyaknya agama itu pula. Dalam menyelidiki agama, terdapat kesulitan-kesulitan yang dihadapi. Kenyataan bahwa dalam tiap-tiap agama terdapat beberapa paradox (pertentangan) atau hal-hal yang kelihatan bertentangan mempersulit peneliti dalam membuat konklusi pemahaman sebuah agama (Rasidji, 2002:12)
Pada dasarnya semua agama yang ada di muka bumi mengandung unsur-unsur yang terdapat didalamnya. Unsur terpenting dalam suatu agama adalah adanya keyakinan dan upacara-upacara yang khas yang terdapat di dalam agama tersebut. Brightman memberikan suatu definisi deskriptif tentang agama dengan ungkapannya sebagai berikut : “Agama adalah suatu unsur mengenai pengalaman-pengalaman yang dipandang mempunyai nilai yang tertinggi. Pengabdian kepada suatu penguasaan yang dipercayai menjadi asal mula, yang menambah dan melestarikan nilai-nilai ini, dan sejumlah ungkapan yang sesuai tentang urusan dan pengabdian tersebut, baik dengan jalan melakukan upacara-upacara simbolis maupun melalui perbuatan-perbuatan lain yang bersifat perseorangan dan yang bersifat kemasyarakatan.” (dalam Soemargono 2004:435)
Dari segi akal, ilmu merupakan keutamaan yang harus dimiliki dan diraih oleh manusia demi mendekatkan diri kepada tuhannya. Orang yang berilmu, ilmunya akan mengantarkannya menuju jalan kebenaran dan kebahagiaan baik di dunia maupun di akhirat kelak.
1. Islam dan Ilmu Pengetahuan
Islam yang agama samawi itu diturunkan ke bumi diantara missinya adalah untuk mengeluarkan manusia dari gelapnya kebodohan kepada terangnya cahaya ilmu pengetahuan.
Pendidikan Islam sangat menekankan ilmu-ilmu agama tetapi melalui bentuk-bentuk pengetahuan lain, mulai dari keadilan Tuhan sampai ilmu farmasi. Islam memandang pengetahuan sebagai sesuatu yang suci, sebab semua pengetahuan pada akhirnya menyangkut semacam aspek dari manifestasi Tuhan kepada manusia. Pandangan yang suci tentang pengetahuan inilah yang mewarnai keseluruhan sistem pendidikan Islam sampai hari ini." Dimana orang-orang Islam melihat ada dua jalan yang terbuka bagi manusia untuk memperoleh pengetahuan formal, yaitu yang pertama melalui kebenaran yang diwahyukan, yang sesudah diwahyukan dipindahkan dari generasi kegenerasi berikutnya, yang disebut ('Ulum al-Naqliah), dan yang kedua adalah pengetahuan ynng diperoleh melalui kecerdasan atau akal yang diberikan Tuhan kepada manusia pada tahap intelek dan rasio yang disebut ('Ulum al-'Aqliah). Kedua itmu tersebut disebut dengan ilmu perolehan yang harus ditambahkan dengan hikmah dan perasaan yang disebutdengan ilmu alHuzuri (Juwariyah, 2004).
    1. Kristen dan Ilmu Pengetahuan
Dalam agama Kristen ada dua sikap terhadap ilmu pengetahuan yang pertama, menolak segala perkembangan ilmu pengetahuan, sikap kedua, menerima dan mencerna setiap perkembangan, tanpa melihat pandangan agamanya. Kedua sikap ini tidak bermanfaat dalam memecahkan persoalan yang ada. Agama dan iptek merupakan dua kekuatan yang besar di dunia yang secara hebat mempengaruhi manusia. Agama Kristen dengan ilmu pengetahuan teknologi dapat saling menopang satu sama lain, sebaliknya dapat menjadi berlawanan, dimana seringkali ilmu pengetahuan menyerang ajaran-ajaran fundamental dalam agama yang dapr mengoyahkan iman percaya Kristen. Agama mengalami pergeseran cara pemahaman yang diakibatkan oleh ilmu pengetahuan.Alkitab yang tidak pernah berubah, tetapi dibaca oleh orang-orang yang yang tidak sama cara pemikirannya daari zaman ke zaman. Jalan tengah antara iman Kristen dan ilmu pengetahuan adalah, Iman tidak harus bersaing dengan penjelasan ilmu, iman bukanlah suatu teknologi supranatural, dan dbantu dengan pemikiran: bagaimana mungkin sustu ciptaan dapat mengerti akan Penciptanya yang telah menjadikan segala sesuatunya ada sebelum manusia ada (Sandi, 2003).
    1. Hindu dan Ilmu Pengetahuan
Pica (2012), ilmu Pengetahuan tidak dapat disangsikan peranannya terhadap kelangsungan kehidupan manusia. Sehubungan dengan hal tersebut penulis kutip beberapa untaian kalimat yang bersumber pada kitab suci Agama Hindu : Agama dan Ilmu Pengetahuan  sama-sama alat untuk mendekati kebenaran yang merupakan sifat kuasa Tuhan ( Rg. Veda I.164.46)
Walaupun seandainya engkau paling berdosa di antara manusia yang memikul dosa, dengan perahu Ilmu Pengetahuan, lautan dosa akan engkau sebrangi ( Bhagawad Gita IV.36)
Dengan memiliki Ilmu Pengetahuan ia akan menemui kedamaian yang abadi ( Bhagawad Gita IV. 39)
Persembahan berupa Ilmu Pengetahuan, wahai arjuna, lebih mulya dari  persembahan materi, dalam keseluruhannya semua kerja  ini akan  mendapat apa yang diinginkannya dalam Ilmu Pengetahuan (Bhagawad Gita IV.33) 
Dari kutipan-kutipan di atas dapat disimak tentang manfaat Ilmu Pengetahuan menurut Ajaran Agama Hindu antara lain;
  • Dengan Ilmu pengetahuan segala hambatan dan rintangan dihapan kita dapat diatasi.
  • Dengan Ilmu Pengetahuan seseorang akan bisa mendekatkan diri dengan penciptanya.
  • Dengan Ilmu Pengetahuan Tuhan akan mengampuni seseorang dari segala dosa yang pernah diperbuatnya .
    1. Budha dan Ilmu Pengetahuan
Sang Buddha itu tidak mempermasalahkan apakah seseorang, atau semua orang, itu mempercayai, mematuhi, atau mempelajari berbagai jenis ilmu pengetahuan. Yang menjadi tujuan Sang Buddha, ialah untuk menjadikan puasnya orang, karena memperoleh pemenuhan secara segera, yaitu dapat bebas dari kesedihan dan penderitaan. Seorang dokter yang sedang menghadapi pasien yang terluka, pertama-tama, tidak akan menanyakan apakah dia biasa pergi bersembahyang di sesuatu rumah peribadatan, atau tidak. Dia adalah seorang dokter, dan tugasnya adalah menyembuhkan penyakit seseorang. Demikian pula halnya dengan Sang Buddha, yang menjadi Dokter Jiwa dan Raga; beliau bertugas dengan memakai cara-cara ilmiah, yaitu yang beliau lakukan, yang pertama-tama, adalah mengadakan analisa terhadap penyakit yang diderita pasiennya.
Dengan mempergunakan methode ilmiah, Sang Buddha telah membuktikan bahwa diri beliau adalah memang seorang ilmuwan. Oleh karena itu, hanya dari pemikiran yang demikian ini saja, adalah sia-sia kalau ada orang yang menanyakan apakah Sang Buddha, para pengikut beliau, atau pernyataan-pernyataan beliau, dapat dianggap sebagai bersifat tidak ilmiah, ataukah bersifat berbahaya terhadap ilmu pengetahuan. Beliau dan para pengikut beliau, dan seluruh prosedur yang dipergunakan oleh umat Buddha, itu bersesuaian dengan, dan berdasarkan semangat, ilmiah. Oleh karena itu, tidaklah perlu dipermasalahkan, apakah Agama Buddha, atau umat Buddha, itu berselisih faham dengan orang-orang yang menerima prinsip-prinsip ilmiah, atau yang dapat menemukan penemuan-penemuan di bidang ilmu pengetahuan. Sang Buddha dan umat Buddha menyambut dengan senang hati adanya setiap penemuan ilmiah, dan menyambut, dengan gembira setiap applikasi yang baru dari prinsip-prinsip ilmiah, karena itu semua tidak akan pernah bertentangan dengan prinsip-prinsip yang mereka gunakan. (Kirthisinghe, 2005)
BAB III
  1. Kesimpulan
Ilmu adalah pengetahuan tentang sesuatu hal atau fenomena, baik yang menyangkut alam atau sosial (kehidupan masyarakat), yang diperoleh manusia melalui proses berfikir. Manusia merupakan makhluk reflektif yang perilakunya dikontrol oleh faktor-faktor yang datang dari luar. Di sini lingkungan menjadi faktor penentu terhadap tingkah laku manusia. Dengan kata lain, kepribadian manusia dapat dikembalikan semata-mata kepada hubungan atar individu, keluarga, masyarakat dan agama.
Ilmu merupakan perwujudan nilai, maka dengan mudah dapat dipahami adanya orang yang senantiasa mengusahakan terjadinya pengembangan ilmu. Jika terdapat masyarakat atau kebudayaan yang tidak pernah mengusahakan perkembangan ilmu, maka masyarakat itu atau kebudayaan itu agaknya tidak memiliki nilai. Sebaliknya jika di dalam masyarakat atau kebudayaan terdapat nilai-nilai yang luhur maka masyarakat itu memiliki tradisi berupa kegiatan ilmuan.
Ilmu dan agama mempunyai hubungan yang sangat erat. Keduanya tidak bisa dipisahkan bahkan berjalan sendiri-sediri. Dikotomi antara keduanya akan menimbulkan pemikiran dan pemahaman yang salah. Ilmu dan agama merupakan dua kesatuan penting yang dapat menunjukkan manusia menuju jalan yang benar. Dari segi akal, ilmu merupakan keutamaan yang harus dimiliki dan diraih oleh manusia demi mendekatkan diri kepada tuhannya. Orang yang berilmu, ilmunya akan mengantarkannya menuju jalan kebenaran dan kebahagiaan baik di dunia maupun di akhirat kelak.





  1. Saran
Hubungan dan keseimbangan antara ilmu, realitas kehidupan manusia dan agama sangatlah penting. Ilmu dikembangkan untuk mencapai kebenaran atau memperoleh pengetahuan yang benar. Pengetahuan yang benar akan membawa manusia memperoleh pemahaman yang benar tentang alam semesta, dunia sekelilingnya, masyarakat, lingkungannya bahkan dirinya sendiri. ilmu dan agama harus digandengkan dan berjalan bersamaan dalam diri manusia. Keduanya akan mengantarkan kepada sikap dan prilaku yang professional.












DAFTAR PUSTAKA
Fattah, Nanang. 2008. Landasan Managemen Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Halim, Sandi.2003. Iman Kristen dan Ilmu Pengetahuan, Teknologi, dan Seni. Diunduh dari
Ismhi. 2015. Pengertian Ilmu. Diunduh dari http://isma-ismi.com/pengertian-ilmu.html pada tanggal 31 Oktober 2015 pukul 20.20 WIB
Juwariyah. 2004. Islam dan Filsafat Ilmu dalam Pengembangan Pendidikan. Jurnal Kependidikan Islam. 2(1):
Kembaren, Suci. 2005. Ilmu Sosial Dasar. Universitas Gunadharma.
Kirthisinghe, Buddhadasa P. 2005. Agama Budha dan Ilmu Pengetahuan. Diunduh dari http://www.samaggi-phala.or.id/naskah-dhamma/pengantar-agama-buddha-dan-ilmu-pengetahuan/ pada tanggal 31 Oktober 2015 pukul 20.57 WIB
Mulyohardjo, Redja. 2001. Pengantar Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada
Munib, Achmad. 2011. Pengantar Ilmu Pendidikan. Semarang: Pusat Pengembangan MKU/MKDK-LP3 Unnes.
Pica, Jero Mangku Nyoman. 2012. Manfaat Ilmu Pengetahuan Menurut Ajaran Agama Hindu. Diunduh dari http://pura-kebonagung.blogspot.co.id/2012/09/mamfaat-ilmu-pengetahuan-menurut-ajaran.html pada tanggal 31 Oktober 2015 pukul 20.35 WIB
Putra, Ahmad Gigih. 2013. Masyarakat Madani. Diunduh dari http://achmad-gigih-fkg13.web.unair.ac.id/artikel_detail-89383-Agama%20Islam-Masyarakat%20Madani.html pada tanggal 31 Oktober 2015 pukul 21.30 WIB
Rachman, Maman. 2008. Filsafat Ilmu. Semarang: UNNES Pess.
Ranjabar, Jacobus. 2006. Sistem Sosial Budaya Indonesia. Bogor: Graha Indonesia
Rasidji. 2002. Filsafat Agama. Jakarta: Bulan Bintang.
Soejono, Soemargono. 2004. Pengantar Filsafat. Yogyakarta: Tiara Wacana.
Tafsir, Ahmad. 2013. Filsafat Ilmu. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
LAMPIRAN
    1. Pertanyaan dari Arief Kuswidyanarko:
Apakah ilmu mengikuti agama, ataukah agama yang mengikuti ilmu ?
Jawaban oleh penyaji Tri Suryaningsih :
Menurut Imam al-Ghazali, ilmu dan agama sagat terikat dan keduanya tidak dapat dipisahkan. Dalam mendiskripsikan hubungan keduanya, beliau menggunakan logikanya dengan mencoba memahami sebuah pohon. Pada sebuah pohon, ilmu merupakan pohonnya dan agama merupakan buahnya. Maka jika kita beragama dan beribadah sesuai tuntutannya tanpa dibekali ilmu, ilmu tersebut akan lenyap bagaikan debu ditiup angin. Buah pun tidak akan dapat diraih. Sebaliknya, ketika pohon itu hanya mampu memberi daun dan tidak bisa menghasilkan sebuah buah maka eksistensi pohon itu menjadi kurang sempurna.
Sehingga ilmu dan agama harus selaras agar manusia bisa mencapai kebahagiaan baik di masa sekarang, maupun kebahagiaan di akhirat kelak.
Jawaban penyaji Shabrina Mei Alifani: Contohnya : menurut agama pada teknologi bayi tabung, ilmu tersebut dapat dipakai apabila sel telur dan sel sperma berasal dari pasangan suami istri. Tetapi hukumnya akan haram apabila sel sperma berasal bukan dari pasangan suami istri. Karena akan mengakibatkan nasab dari anak yang kelak dilahirkan tidak jelas.
Tambahan Arif : ilmu bersifat netral, dan tidak memihak. Sehingga antara ilmu dan agama tidak ada yang saling mengikuti, apakah agama yang mengikuti ilmu atau sebaliknya. Tetapi antara agama dan ilmu saling berhubungan.
    1. Aang Yudho Prastowo
Pribadi manusia terbentuk karena beberapa faktor, salah satunya faktor yang datang dari luar. Apa yang di maksud faktor dari luar dan bagaimana cara mengontronya?
Jawaban penyaji Tri Suryaningsih:
Faktor dari luar adalah lingkungan manusia itu sendiri, baik lingkungan keluarga, masyarakat, dan agama. Dan bagaimana cara mengontrolnya adalah dengan adanya moral, etika, dan akhlak.

    1. Syahriadi
Apakah terdapat hubungan antara ilmu dan kedewasaan seseorang?
Jawaban penyaji Shabrina Mei Alifani:
Dewasa melambangkan segala organisme yang telah matang yang lazimnya merujuk pada manusia yang bukan lagi anak-anak dan telah menjadi pria atau wanita. Saat ini, Istilah dewasa dapat didefinisikan dari aspek biologi yaitu sudah akil baligh, hukum sudah berusia 16 tahun ke atas atau sudah menikah, menurut Undang-undang perkawinan yaitu 19 tahun untuk pria dan 16 tahun untuk wanita dan karakter pribadi yaitu kematangan dan tanggung jawab. Berbagai aspek kedewasaan ini sering tidak konsisten dan kontradiktif. Seseorang dapat saja dewasa secara biologis, dan memiliki karakteristik perilaku dewasa, tapi tetap diperlakukan sebagai anak kecil jika berada di bawah umur dewasa secara hukum. Sebaliknya, seseorang dapat secara legal dianggap dewasa, tapi tidak memiliki kematangan dan tanggung jawab yang mencerminkan karakter dewasa.
Kaitan antara ilmu dan kedewasaan lebih kepada aspek menyikapi ilmu tersebut, apakah manusia bisa menyikapi ilmu tersebut secara dewasa ataukah tidak. Seperti contohnya di televisi saat ini, seorang yang dewasa akan mampu memahami makna dari tanyangan yang ada di televisi, mampu mengambil sisi positif, dan mengabaikan sisi negatif. Tetapi seseorang yang tidak dewasa menelan ilmu tersebut mentah-mentah, tanpa memperhatikan sisi positif maupun negatifnya.

About ""

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit. Vivamus suscipit, augue quis mattis gravida, est dolor elementum felis, sed vehicula metus quam a mi. Praesent dolor felis, consectetur nec convallis vitae.

Posting Komentar

 
Copyright © 2013 CATATAN HARIANKU
Design by FBTemplates | BTT