Latar
Belakang
Manusia
pada dasarnya adalah mahluk yang hidup dalam kelompok dan mempunyai
organisasi yang terbatas. Untuk mengatasi keterbatasan kemampuan
organisasinya itu, manusia mengembangkan sistem-sistem dalam hidupnya
melalui kemampuan akalnya seperti sistem mata pencaharian, sistem
perlengkapan hidup dan lain-lain. Kehidupan secara lebih baik
merupakan tujuan yang ingin dicapai oleh manusia dalam kehidupannya.
Untuk mencapai hidup secara lebih baik manusia perlu untuk dibentuk
atau diarahkan. Pembentukan manusia itu dapat melalui pendidikan atau
ilmu yang mempengaruhi pengetahuan tentang diri dan dunianya, melalui
keluarga, melalui kehidupan sosial atau polis, dan melalui agama.
Dalam
makalah ini kami akan membahas tentang hubungan
antara ilmu dan realita kehidupan individu, keluarga, masyarakat, dan
agama.
Hubungan
ilmu dengan kemanusiaan sangatlah erat sekali dikarenakan ilmu bisa
berkembang karena keberadaan manusia, manusia mewujudkan sifat-sifat
baiknya untuk memelihara kelangsungan hidup ini didunia dan manusia
memenuhi kebutuhan hidupnya juga dengan ilmu.
Tentunya
degan ilmu manusia akan diarahkan kepada hal yang baik menurut
dirinya dan bermanfaat untuk lainnya. Dan manusialah yang bisa
mengembangkan keilmuaannnya yang didapat melalui proses berpikir.
Rumusan
Masalah
Bagaimanakah
Definisi Ilmu, Pengetahuan, dan Sains?
Bagaimana
hubungan Manusia
Indonesia: Individu, Keluarga, dan Masyarakat?
Bagaimana
Peranan
Ilmu dalam Kehidupan Manusia?
Bagaimana
Keterkaitan
Ilmu dengan Agama ?
Tujuan
Mengetahui
Definisi Ilmu, Pengetahuan, dan Sains.
Mengetahui
hubungan hubungan Manusia
Indonesia: Individu, Keluarga, dan Masyarakat.
Mengetahui
Peranan
Ilmu dalam Kehidupan Manusia
Mengetahui
Keterkaitan
Ilmu dengan Agama
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Definisi Ilmu, Pengetahuan, dan Sains
Ilmu
Dilihat
dari segi bahasa, ilmu berasal dari bahasa arab yaitu al-ilmu, atau
dari bahasa Yunani yaitu logos, yang berarti pengetahuan.
Orang-orang
yang mempelajari bahasa Arab mengalami sedikit kebingungan tatkala
menghadapi kata “ilmu”. Dalam bahasa Arab kata ” Al-ilm”
berarti pengetahuan (knowledge). Sedangkan kata ilmu dalam bahasa
indonesia biasanya merupakan terjemahan dari science. Ilmu dalam arti
science itu hanya sebagian dari Al-ilm dalam bahasa Arab. Maksudnya
agar orang yang mengerti bahasa Arab tidak bingung membedakan kata
ilmu (science) dengan kata ilmu (knowledge) (Tafsir, 2010)
Di
lingkungan non-akademis, kata ilmu dapat melekat pada konsep-konsep
seperti nujum lantas disebut ilmu nujum, ilmu kebatinan, ilmu sulap,
ilmu perbintangan (yang di maksud bukan astronomi), dan ilmu
santet.
Artinya jauh dari gambaran objek-objek empiris,
proyek-proyek percobaan (eksperimen) dan pengujian atas sesuatu
hipotesis (Verifikasi). Dikalangan akademis, kata ilmu kerap kali
dipakai dalam hubungannya dengan beberapa pengetahuan manusia,
seperti ilmu hayat untuk biologi, ilmu alamiah dasar, ilmu hukum,
ilmu alam dan sebagainya.
Dari
penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa ilmu pada dasarnya adalah
pengetahuan tentang sesuatu hal atau fenomena, baik yang menyangkut
alam atau sosial (kehidupan masyarakat). Ilmu diperoleh manusia
melalui proses berfikir.
Pengetahuan
Pengetahuan
adalah segala sesuatu yang datang sebagai hasil dari aktifitas panca
indra untuk mengetahui, yaitu terungkapnya suatu kenyataan dalam jiwa
sehingga tidak ada keraguan terhadapnya. Sedangkan, ilmu menghendaki
lebih jauh, luas dan dalam dari pengetahuan. Indra dapat menipu
manusia yang berpikir, tidak sesuai antara pengamatan sebagai laporan
indra dengan kenyataan. Apalagi pengamatan indra bisa dipengaruhi leh
ilusi, halusinansi dan fantasi (Rahman, 2008:69)
Berpikir
pada dasarnya merupakan proses yang membuahkan pengetahuan. Proses
ini merupakan serangkaian gerak pemikiran dalam mengikuti jalan
pemikiran tertentu yang akhirnya sampai pada sebuah kesimpulan yang
berupa pengetahuan. Gerak pemikiran ini dalam kegiatannya
mempergunakan lambang yang merupakan abstraksi dari obyek yang sedang
kita pikirkan. Salah satu lambangnya yaitu dengan bahasa, maksudnya
dengan bahasa obyek-obyek kehidupan yang konkret dapat dinyatakan
dengan kata-kata.
Sains
Science
diambil dari kata latin scientia
yang arti harfiahnya adalah pengetahuan. Sund dan Trowbribge
merumuskan bahwa Sains merupakan kumpulan pengetahuan dan proses.
Sedangkan Kuslan Stone menyebutkan bahwa Sains adalah kumpulan
pengetahuan dan cara-cara untuk mendapatkan dan mempergunakan
pengetahuan itu. Sains merupakan produk dan proses yang tidak dapat
dipisahkan. “Real Science is both product and process, inseparably
joint” (Wikipedia Ensiklopedia 2015)
Hans
Reichenbach menyebutkan bahwa sains disebut juga dengan pengetahuan
yang bersifat bisa memprediksi (Predictive
Knowledge).
Dengan demikian maksudnya yang penting adalah mengetahui dan bisa
menjelaskan alasan, konteks, ruang lingkup, maksud, tujuan, dan
fungsi dari suatu istilah yang kita pakai sehingga orang lain tidak
keliru memaknai hal tersebut.
Sains
berisi teori yang pada dasarnya menerangkan hubungan sebab akibat.
Sain tidak memberikan nilai baik atau buruk, halal atau haram, sopan
atau tidak sopan, indah atau tidak indah; sain hanya memberikan nilai
benar atau salah (Tafsir, 2013: 35).
Dari
penjelasan diatas dapat disimpulkan, bahwa sains adalah bagian kecil
dari ilmu atau merupakan salah satu disiplin ilmu yang lebih khusus
pada bidang tertentu yakni lebih ke bidang teknologi. Sains disebut
juga dengan pengetahuan yang bersifat bisa memprediksi
B.
Manusia Indonesia: Individu, Keluarga, dan Masyarakat
Kaum
behavioristik, (Hansen dalam Fattah, 2008: 18) menganngap bahwa
manusia adalah makhluk reflektif yang perilakunya dikontrol oleh
faktor-faktor yang datang dari luar. Di sini lingkungan menjadi
faktor penentu terhadap tingkah laku manusia. Dengan kata lain,
kepribadian manusia dapat dikembalikan semata-mata kepada hubunga
atar individu dan lingkungannya.
Menurut
ilmu Antropologi Budaya, manusia adalah organisme sosiobudaya yang
memiliki ciri-ciri berkelompok, memiliki budaya, dan memiliki
perilaku-perilaku yang sesuai dengan pola budaya yang diajarkan dari
satu generasi ke generasi lainnya (Mudyaharjo, 2001: 19).
Manusia meliputi individu, keluarga, dan masyarakat dalam arti luas
yaitu berkaitan dengan alam serta lingkungan. Individu diartikan
sebagai “seorang manusia “. Sebagai lawan perbandingannya dengan
banyak manusia atau orang, seseorang.
Lysen
mengartikan individu sebagai ”orang-seorang”, seorang yang
merupakan suatu keutuhan yang tidak dapat dibagi-bagi (in
devide). Selanjutnya
individu diartikan sebagai pribadi. Setiap anak manusia dilahirkan
telah dikaruniai potensi untuk menjadi berbeda dari yang lain, atau
menjadi (seperti) dirinya sendiri. Tidak ada diri individu yang
identik dimuka bumi (Munib, 2011).
Kesadaran
manusia akan keindividualitasan dirinya bisa mangarah pada dua
dimensi yaitu dimensi kedirian dan dimensi keegoisan. Kesadaran
kedirian dinyatakan dengan self-existence.
Self-existence
ini
mencakup kepribadian, perasaan, dan perbedaan pribadi, self
realization, kesadaran potensi pribadi, dan sebagainya. Manusia
berpikir karena memiliki akal. Manusia memiliki kemampuan untuk
membuat dan mengambil keputusan hal inilah yang tidak dimiliki oleh
makhluk lainnya. Manusia dapat mengambil keputusan terletak pada
kemampuan manusia untuk berpikir dan bernalar, sedangkan kemampuan
berpikir dan bernalar itu dimungkinkan pada manusia karena ia
memiliki susunan otak yang paling sederhana dibanding dengan otak
berbagai jenis makhluk hidup lainnya.
Sedangkan
keluarga, unit/satuan
masyarakat terkecil yang sekaligus merupakan suatu kelompok kecil
dalam masyarakat. Kelompok ini dalam hubungannya dengan perkembangan
individu sering dikenal dengan sebutan primary group. Kelompok inilah
yang melahrikan individu dengan berbgai macam bentuk kepribadiannya
dalam masyarakat. Keluarga merupakan gejala universal yang terdapat
dimana-mana di dunia ini. Sebagai gejala yang universal, keluarga
mempunyai 4 karakteristik yang memberi kejelasan tentang konsep
keluarga. (Suci, 2005):
Keluarga
terdiri dari orang-orang yang bersatu karena ikatan perkawinan,
darah atau adopsi. Yang mengiakt suami dan istri adalah perkawinan,
yang mempersatukan orang tua dan anak-anak adalah hubungan darah
(umumnya) dan kadang-karang adopsi.
Para
anggota suatu keluarga biasanya hidup bersama-sama dalam satu rumah
dan mereka membentuk sautu rumah tangga (household), kadang-kadang
satu rumah tangga itu hanya terdiri dari suami istri tanpa
anak-anak, atau dengan satu atau dua anak saja.
Keluarga
itu merupakan satu kesatuan orang-orang yang berinteraksi dan saling
berkomunikasi, yang memainkan peran suami dan istri, bapak dan ibu,
anak laki-laki dan anak perempuan
Keluarga
itu mempertahankan suatu kebudayaan bersama yang sebagian besar
berasal dari kebudayaan umum yang lebih luas.
Dalam
bentuknya yang paling dasar sebuah keluarga terdiri atas seorang
laki-laki dan seorang perempuan, dan ditambah dengan anak-anak mereka
yang belum menikah, biasanya tinggal dalam satu rumah, dalam
antropologi disebut keluarga inti. satu keluarga ini dapat juga
terwujud menjadi keluarga luas dengan adanya tambahan dari sejumlah
orang lain, baik yang kerabat maupun yang tidak sekerabat, yang
secara bersama-sama hidup dalam satu rumah tangga dengan keluarga
inti.
Masyarakat
adalah suatu istilah yang kita kenal dalam kehidupan sehari-hari.
Menurut Peter L Berger seorang ahli sosiologi memberikan definisi
masyarakat sebagai berikut: “ masyarakat merupakan suatu
keseluruhan kompleks hubungan manusia yang luas sifatnya.”.
Koentjaraningrat dalam tulisannya menyatakan bahwa masyarakat adalah
sekumpulan manusia atau kesatuan hidup manusia yang berinteraksi
menurut suatu sistem adat istiadat tertentu yang bersifat kontinyu,
dan yang terikat oleh suatu rasa identitas bersama. Dalam psikologi
sosial masyarakat dinyatakan sebagai sekelompok manusia dalam suatu
kebersamaan hidup dan dengan wawasan hidup yang bersifat kolektif,
yang menunjukkan keteraturan tingkah laku warganya guna memenuhi
kebutuhan dan kepentingan masing-masing. Menilik kenyataan
dilapangan, suatu masyarakat bisa berupa suatu suku bangsa, bisa juga
berlatar belakang dari berbagai suku (Suci, 2005: 7)
Masyarakat
adalah pergaulan hidup manusia (sehimpunan orang yang hidup bersama
dalam suatu tempat dengan ikatan-ikatan aliran yang tertentu) atau
sekelompok orang yang mempunyai identitas sendiri yang membedakan
dengan kelompok lain dan hidup diam dalam wilayah atau daerah
tertentu secara tersendiri. Mereka mempunyai norma-norma,
ketentuan-ketentuan, dan peraturan-peraturan yang dipatuhi bersama
sebagai suatu ikatan.
C.
Peranan Ilmu dalam Kehidupan Manusia
Sebagai
Individu
Menurut
T. Jacob (dalam Tafsir, 2013) Sains merupakan suatu sistem eksplanasi
yang paling dapat diandalkan dibandingkan dengan sistem lainnya dalam
mempelajari masa lampau, menjalani masa sekarang, serta mempersiapkan
untuk masa depan. Berpikir
merupakan suatu kegiatan untuk menemukan pengetahuan yang baru. Apa
yang disebut benar bagi tiap orang adalah tidak sama, maka kegiatan
berpikir untuk menghasilkan pengetahuan yang benar itupun
berbeda-beda karena masing-masing mempunyai yang disebut dengan
kriteria kebenaran yang merupakan suatu proses penemuan kebenaran
tersebut. Manusia berpikir dan bernalar untuk mengumpulkan
pengetahuan yang tersembunyi di alam raya ini. Proses mengumpulkan
pengetahuan merupakan suatu proses belajar yang dialami manusia sejak
ia lahir hingga ke liang lahat. Kemudian pengetahuan yang dikumpulkan
manusia melalui penggunaan akalnya disusun menjadi suatu bentuk yang
berpola.
Menurut
pendapat penulis, peranan ilmu dalam kehidupan individu antara lain
sebagai berikut.
Dalam
berkata-kata dan bertindak harus menggunakan ilmu yang cukup tentang
tindakan tersebut sehingga tidak menimbulkan kesalahan. orang yang
bertindak tanpa menggunakan ilmu bisa diibaratkan sedang berjalan
pada arah yang tidak jelas sehingga kemungkinan besar akan tersesat
entah kemana.
Ilmu
adalah alat untuk menuju hidup bahagia, sudah kita ketahui
sebelumnya bahwa tubuh manusia selain terdiri dari jasmani juga ada
rohani, jika jasmani membutuhkan makan minum maka rohani kita juga
membutuhkan ilmu.
Untuk
menjadi bahan pengetahuan dalam menciptakan suatu barang atau produk
yang dapat memudahkan aktifitas kehidupan manusia.
Untuk
menganalisa dan memperkirakan hubungan sebab akibat pada setiap
kejadian sehingga bisa memutuskan untuk dapat menempuh langkah
terbaik.
Sebagai
pedoman dalam membedakan mana yang baik dan jelek.
Sebagai
Keluarga
Ilmu
merupakan bahan untuk membuat ramalan atau prediksi dan alat
pengontrol. Ketika membuat eksplanasi, biasanya para ilmuwan telah
mengetahui faktor yang menyebabkan timbulnya suatu gejala. Dari
faktor tersebut para ilmuwan dapat membuat sebuah ramalan atau
prediksi (Tafsir, 2013). Untuk
menjadi individu yang “mandiri” harus melalui proses pemantapan
dalam pergaulan di lingkungan keluarga pada tahap pertama. Terbentuk
dalam lingkungan keluarga secara bertahap dan akan bertahap dan akan
mengendap melalui sentuhan-sentuhan interaksi : etika, estetika, dan
moral agama.
Menurut
pendapat penulis, peranan ilmu dalam kehidupan keluarga antara lain:
Keluarga
yang menerapkan pendidikan keluarga dapat menghasilkan
pribadi-pribadi anak yang menjadi baik. Pendidikan dalam keluarga
dapat memberikan pengaruh besar terhadap karakter anak. Sebab itu
kunci utama untuk menjadikan pribadi anak menjadi baik yang terutama
terletak dalam pendidikan dalam keluarga.
Ilmu
sebagai landasan untuk membentuk rumah tangga. Perlu diketahui bahwa
sesungguhnya pasangan suami isteri dalam kehidupan berumah tangga
akan menghadapi banyak problem dan untuk mengatasinya perlu ilmu.
Dengan ilmu, pasangan suami istri tahu apa tujuan yang akan dicapai
dalam sebuah pernikahan yaitu untuk beribadah.
Sebagai
Masyarakat
Peranan
ilmu dalam kehidupan masayarakat ada banyak sekali terutama dalam
menghadapi era globalisasi seperti sekarang ini. Hampir semua
kebutuhan masyarakat terpenuhi oleh adanya ilmu khususnya IPTEK.
Misalnya dalam kehidupan sehari-hari masyarakat saling berkomunikasi
melalui teknologi komunikasi, masyarakat pergi dari satu daerah ke
daerah lain melalui teknologi transportasi, masyarakat menghasilkan
suatu produk melalui teknologi produksi. Selain itu dalam
berinteraksi, masyarakat menerapkan ilmu sosiologi dan antropologi.
Dalam melalukan proses jual beli masyarakat menerapkan ilmu ekonomi,
dan masih banyak yang lainnya.
Menurut
Rachman (2006), Ilmu
adalah perwujudan nilai, maka dengan mudah dapat dipahami adanya
orang yang senantiasa mengusahakan terjadinya pengembangan ilmu. Jika
terdapat masyarakat atau kebudayaan yang tidak pernah mengusahakan
perkembangan ilmu, maka masyarakat itu atau kebudayaan itu agaknya
tidak memiliki nilai. Sebaliknya jika di dalam masyarakat atau
kebudayaan terdapat nilai-nilai yang luhur maka masyarakat itu
memiliki tradisi berupa kegiatan ilmuan.
Membicarakan
mengenai peranan ilmu dalam masyarakat tidak terlepas dari konsep
masyarakat madani. Madani
berasal dari kata mudun arti sederhananya
maju atau biasa disebut modern. Didalam kehidupan,
masyarakat madani digolongkan sebagai masyarakat yang berilmu,
memiliki rasa (emosi) secara individu maupun secara kelompok dan
memiliki kemandirian dalam segala tata kehidupan serata taat terhadap
peraturan-peraturan yang saling berlaku.
Masyarakat
madani atau yang biasa disebut “civil society” oleh Dato Seri
Anwar Ibrahim (1995), adalah masyarakat yang sistem sosial yang subur
yang diasaskan kepada prinsip moral yang menjamin keseimbangan antara
kebebasan perorangan dengan kestabilan masyarakat. Dalam rangka
membangun “masyarakat madani modern”. meneladani Nabi bukan hanya
penampilan fisik belaka, tapi sikap yang beliau peragakan saat
berhubungan dengan sesama umat Islam ataupun dengan umat lain,
seperti menjaga persatuan umat Islam, menghormati dan tidak
meremehkan kelompok lain, berlaku adil kepada siapa saja, tidak
melakukan pemaksaan agama, dan sifat-sifat luhur lainnya.
D.
Keterkaitan Ilmu dengan Agama
Berbicara
mengenai agama, kita dapat mendefinisikan kata agama dengan meneliti
dan memahami suatu agama tertentu. Tentu pandangan dan penilaian
terhadap suatu agama akan mempengaruhi definisi yang didapatkan.
Banyaknya definisi itu diakibatkan oleh banyaknya agama itu pula.
Dalam menyelidiki agama, terdapat kesulitan-kesulitan yang dihadapi.
Kenyataan bahwa dalam tiap-tiap agama terdapat beberapa paradox
(pertentangan) atau hal-hal yang kelihatan bertentangan mempersulit
peneliti dalam membuat konklusi pemahaman sebuah agama (Rasidji,
2002:12)
Pada
dasarnya semua agama yang ada di muka bumi mengandung unsur-unsur
yang terdapat didalamnya. Unsur terpenting dalam suatu agama adalah
adanya keyakinan dan upacara-upacara yang khas yang terdapat di dalam
agama tersebut. Brightman memberikan suatu definisi deskriptif
tentang agama dengan ungkapannya sebagai berikut :
“Agama
adalah suatu unsur mengenai pengalaman-pengalaman yang dipandang
mempunyai nilai yang tertinggi. Pengabdian kepada suatu penguasaan
yang dipercayai menjadi asal mula, yang menambah dan melestarikan
nilai-nilai ini, dan sejumlah ungkapan yang sesuai tentang urusan dan
pengabdian tersebut, baik dengan jalan melakukan upacara-upacara
simbolis maupun melalui perbuatan-perbuatan lain yang bersifat
perseorangan dan yang bersifat kemasyarakatan.” (dalam Soemargono
2004:435)
Dari segi
akal, ilmu merupakan keutamaan yang harus dimiliki dan diraih oleh
manusia demi mendekatkan diri kepada tuhannya. Orang yang berilmu,
ilmunya akan mengantarkannya menuju jalan kebenaran dan kebahagiaan
baik di dunia maupun di akhirat kelak.
1. Islam
dan Ilmu Pengetahuan
Islam yang
agama samawi itu diturunkan ke bumi diantara missinya adalah untuk
mengeluarkan manusia dari gelapnya kebodohan kepada terangnya cahaya
ilmu pengetahuan.
Pendidikan
Islam sangat menekankan ilmu-ilmu agama tetapi melalui bentuk-bentuk
pengetahuan lain, mulai dari keadilan Tuhan sampai ilmu farmasi.
Islam memandang pengetahuan sebagai sesuatu yang suci, sebab semua
pengetahuan pada akhirnya menyangkut semacam aspek dari manifestasi
Tuhan kepada manusia. Pandangan yang suci tentang pengetahuan inilah
yang mewarnai keseluruhan sistem pendidikan Islam sampai hari ini."
Dimana orang-orang Islam melihat ada dua jalan yang terbuka bagi
manusia untuk memperoleh pengetahuan formal, yaitu yang pertama
melalui kebenaran yang diwahyukan, yang sesudah diwahyukan
dipindahkan dari generasi kegenerasi berikutnya, yang disebut ('Ulum
al-Naqliah), dan
yang kedua adalah pengetahuan ynng diperoleh melalui kecerdasan
atau
akal yang diberikan Tuhan kepada manusia pada tahap intelek
dan
rasio yang disebut ('Ulum
al-'Aqliah). Kedua
itmu tersebut disebut
dengan
ilmu perolehan yang harus ditambahkan dengan hikmah dan
perasaan
yang disebutdengan ilmu alHuzuri (Juwariyah, 2004).
Kristen
dan Ilmu Pengetahuan
Dalam agama
Kristen ada dua sikap terhadap ilmu pengetahuan yang pertama, menolak
segala perkembangan ilmu pengetahuan, sikap kedua, menerima dan
mencerna setiap perkembangan, tanpa melihat pandangan agamanya. Kedua
sikap ini tidak bermanfaat dalam memecahkan persoalan yang ada. Agama
dan iptek merupakan dua kekuatan yang besar di dunia yang secara
hebat mempengaruhi manusia. Agama Kristen dengan ilmu pengetahuan
teknologi dapat saling menopang satu sama lain, sebaliknya dapat
menjadi berlawanan, dimana seringkali ilmu pengetahuan menyerang
ajaran-ajaran fundamental dalam agama yang dapr mengoyahkan iman
percaya Kristen. Agama mengalami pergeseran cara pemahaman yang
diakibatkan oleh ilmu pengetahuan.Alkitab yang tidak pernah berubah,
tetapi dibaca oleh orang-orang yang yang tidak sama cara pemikirannya
daari zaman ke zaman. Jalan tengah antara iman Kristen dan ilmu
pengetahuan adalah, Iman tidak harus bersaing dengan penjelasan ilmu,
iman bukanlah suatu teknologi supranatural, dan dbantu dengan
pemikiran: bagaimana mungkin sustu ciptaan dapat mengerti akan
Penciptanya yang telah menjadikan segala sesuatunya ada sebelum
manusia ada (Sandi, 2003).
Hindu dan
Ilmu Pengetahuan
Pica
(2012), ilmu
Pengetahuan tidak dapat disangsikan peranannya terhadap kelangsungan
kehidupan manusia. Sehubungan dengan hal tersebut penulis kutip
beberapa untaian kalimat yang bersumber pada kitab suci Agama Hindu :
Agama
dan Ilmu Pengetahuan sama-sama alat untuk
mendekati
kebenaran yang merupakan sifat kuasa Tuhan
(
Rg. Veda I.164.46)
Walaupun
seandainya engkau paling berdosa di antara manusia
yang
memikul
dosa, dengan perahu Ilmu Pengetahuan,
lautan
dosa akan
engkau
sebrangi
(
Bhagawad Gita IV.36)
Dengan
memiliki Ilmu Pengetahuan
ia
akan menemui kedamaian yang abadi ( Bhagawad Gita IV. 39)
Persembahan
berupa Ilmu Pengetahuan, wahai arjuna, lebih mulya dari persembahan
materi, dalam keseluruhannya semua kerja ini
akan mendapat apa yang diinginkannya dalam Ilmu
Pengetahuan
(Bhagawad
Gita IV.33)
Dari
kutipan-kutipan di atas dapat disimak tentang manfaat Ilmu
Pengetahuan menurut Ajaran Agama Hindu antara lain;
Dengan
Ilmu pengetahuan segala hambatan dan rintangan dihapan kita dapat
diatasi.
Dengan
Ilmu Pengetahuan seseorang akan bisa mendekatkan diri dengan
penciptanya.
Dengan
Ilmu Pengetahuan Tuhan akan mengampuni seseorang dari segala dosa
yang pernah diperbuatnya .
Budha dan
Ilmu Pengetahuan
Sang Buddha
itu tidak mempermasalahkan apakah seseorang, atau semua orang, itu
mempercayai, mematuhi, atau mempelajari berbagai jenis ilmu
pengetahuan. Yang menjadi tujuan Sang Buddha, ialah untuk menjadikan
puasnya orang, karena memperoleh pemenuhan secara segera, yaitu dapat
bebas dari kesedihan dan penderitaan. Seorang dokter yang sedang
menghadapi pasien yang terluka, pertama-tama, tidak akan menanyakan
apakah dia biasa pergi bersembahyang di sesuatu rumah peribadatan,
atau tidak. Dia adalah seorang dokter, dan tugasnya adalah
menyembuhkan penyakit seseorang. Demikian pula halnya dengan Sang
Buddha, yang menjadi Dokter Jiwa dan Raga; beliau bertugas dengan
memakai cara-cara ilmiah, yaitu yang beliau lakukan, yang
pertama-tama, adalah mengadakan analisa terhadap penyakit yang
diderita pasiennya.
Dengan
mempergunakan methode ilmiah, Sang Buddha telah membuktikan bahwa
diri beliau adalah memang seorang ilmuwan. Oleh karena itu, hanya
dari pemikiran yang demikian ini saja, adalah sia-sia kalau ada orang
yang menanyakan apakah Sang Buddha, para pengikut beliau, atau
pernyataan-pernyataan beliau, dapat dianggap sebagai bersifat tidak
ilmiah, ataukah bersifat berbahaya terhadap ilmu pengetahuan. Beliau
dan para pengikut beliau, dan seluruh prosedur yang dipergunakan oleh
umat Buddha, itu bersesuaian dengan, dan berdasarkan semangat,
ilmiah. Oleh karena itu, tidaklah perlu dipermasalahkan, apakah Agama
Buddha, atau umat Buddha, itu berselisih faham dengan orang-orang
yang menerima prinsip-prinsip ilmiah, atau yang dapat menemukan
penemuan-penemuan di bidang ilmu pengetahuan. Sang Buddha dan umat
Buddha menyambut dengan senang hati adanya setiap penemuan ilmiah,
dan menyambut, dengan gembira setiap applikasi yang baru dari
prinsip-prinsip ilmiah, karena itu semua tidak akan pernah
bertentangan dengan prinsip-prinsip yang mereka gunakan.
(Kirthisinghe,
2005)
BAB III
Kesimpulan
Ilmu adalah
pengetahuan tentang sesuatu hal atau fenomena, baik yang menyangkut
alam atau sosial (kehidupan masyarakat), yang diperoleh manusia
melalui proses berfikir. Manusia
merupakan makhluk reflektif yang perilakunya dikontrol oleh
faktor-faktor yang datang dari luar. Di
sini lingkungan menjadi faktor penentu terhadap tingkah laku
manusia. Dengan kata lain, kepribadian manusia dapat dikembalikan
semata-mata kepada hubungan
atar individu,
keluarga, masyarakat dan agama.
Ilmu
merupakan
perwujudan nilai, maka dengan mudah dapat dipahami adanya orang yang
senantiasa mengusahakan terjadinya pengembangan ilmu. Jika terdapat
masyarakat atau kebudayaan yang tidak pernah mengusahakan
perkembangan ilmu, maka masyarakat itu atau kebudayaan itu agaknya
tidak memiliki nilai. Sebaliknya jika di dalam masyarakat atau
kebudayaan terdapat nilai-nilai yang luhur maka masyarakat itu
memiliki tradisi berupa kegiatan ilmuan.
Ilmu dan
agama mempunyai hubungan yang sangat erat. Keduanya tidak bisa
dipisahkan bahkan berjalan sendiri-sediri. Dikotomi antara keduanya
akan menimbulkan pemikiran dan pemahaman yang salah. Ilmu dan agama
merupakan dua kesatuan penting yang dapat menunjukkan manusia menuju
jalan yang benar. Dari segi akal, ilmu merupakan keutamaan yang harus
dimiliki dan diraih oleh manusia demi mendekatkan diri kepada
tuhannya. Orang yang berilmu, ilmunya akan mengantarkannya menuju
jalan kebenaran dan kebahagiaan baik di dunia maupun di akhirat
kelak.
Saran
Hubungan
dan keseimbangan antara ilmu, realitas kehidupan manusia dan agama
sangatlah penting. Ilmu dikembangkan untuk mencapai kebenaran atau
memperoleh pengetahuan yang benar. Pengetahuan yang benar akan
membawa manusia memperoleh pemahaman yang benar tentang alam semesta,
dunia sekelilingnya, masyarakat, lingkungannya bahkan dirinya
sendiri. ilmu dan agama harus digandengkan dan berjalan bersamaan
dalam diri manusia. Keduanya akan mengantarkan kepada sikap dan
prilaku yang professional.
DAFTAR
PUSTAKA
Fattah,
Nanang. 2008. Landasan
Managemen Pendidikan.
Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Halim,
Sandi.2003. Iman Kristen dan Ilmu Pengetahuan, Teknologi, dan Seni.
Diunduh dari
Juwariyah.
2004. Islam
dan Filsafat Ilmu dalam Pengembangan Pendidikan.
Jurnal Kependidikan Islam. 2(1):
Kembaren,
Suci. 2005. Ilmu
Sosial Dasar. Universitas
Gunadharma.
Mulyohardjo,
Redja. 2001. Pengantar
Pendidikan.
Jakarta: Raja Grafindo Persada
Munib,
Achmad. 2011. Pengantar
Ilmu Pendidikan.
Semarang: Pusat Pengembangan MKU/MKDK-LP3 Unnes.
Rachman,
Maman. 2008. Filsafat
Ilmu.
Semarang: UNNES Pess.
Ranjabar,
Jacobus. 2006. Sistem
Sosial Budaya Indonesia.
Bogor: Graha Indonesia
Rasidji.
2002. Filsafat
Agama.
Jakarta: Bulan Bintang.
Soejono,
Soemargono. 2004. Pengantar
Filsafat.
Yogyakarta: Tiara Wacana.
Tafsir,
Ahmad. 2013. Filsafat
Ilmu.
Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
LAMPIRAN
Pertanyaan
dari Arief Kuswidyanarko:
Apakah ilmu
mengikuti agama, ataukah agama yang mengikuti ilmu ?
Jawaban
oleh penyaji Tri Suryaningsih :
Menurut
Imam al-Ghazali, ilmu dan agama sagat terikat dan keduanya tidak
dapat dipisahkan. Dalam mendiskripsikan hubungan keduanya, beliau
menggunakan logikanya dengan mencoba memahami sebuah pohon. Pada
sebuah pohon, ilmu merupakan pohonnya dan agama merupakan buahnya.
Maka jika kita beragama dan beribadah sesuai tuntutannya tanpa
dibekali ilmu, ilmu tersebut akan lenyap bagaikan debu ditiup angin.
Buah pun tidak akan dapat diraih. Sebaliknya, ketika pohon itu hanya
mampu memberi daun dan tidak bisa menghasilkan sebuah buah maka
eksistensi pohon itu menjadi kurang sempurna.
Sehingga
ilmu dan agama harus selaras agar manusia bisa mencapai kebahagiaan
baik di masa sekarang, maupun kebahagiaan di akhirat kelak.
Jawaban
penyaji Shabrina Mei Alifani: Contohnya : menurut agama pada
teknologi bayi tabung, ilmu tersebut dapat dipakai apabila sel telur
dan sel sperma berasal dari pasangan suami istri. Tetapi hukumnya
akan haram apabila sel sperma berasal bukan dari pasangan suami
istri. Karena akan mengakibatkan nasab dari anak yang kelak
dilahirkan tidak jelas.
Tambahan
Arif : ilmu bersifat netral, dan tidak memihak. Sehingga antara ilmu
dan agama tidak ada yang saling mengikuti, apakah agama yang
mengikuti ilmu atau sebaliknya. Tetapi antara agama dan ilmu saling
berhubungan.
Aang
Yudho Prastowo
Pribadi
manusia terbentuk karena beberapa faktor, salah satunya faktor yang
datang dari luar. Apa yang di maksud faktor dari luar dan bagaimana
cara mengontronya?
Jawaban
penyaji Tri Suryaningsih:
Faktor dari
luar adalah lingkungan manusia itu sendiri, baik lingkungan keluarga,
masyarakat, dan agama. Dan bagaimana cara mengontrolnya adalah dengan
adanya moral, etika, dan akhlak.
Syahriadi
Apakah
terdapat hubungan antara ilmu dan kedewasaan seseorang?
Jawaban
penyaji Shabrina Mei Alifani:
Dewasa
melambangkan segala organisme
yang telah matang yang lazimnya merujuk pada manusia
yang bukan lagi anak-anak
dan telah menjadi pria
atau wanita.
Saat ini, Istilah dewasa dapat didefinisikan dari aspek biologi
yaitu sudah akil baligh, hukum
sudah berusia 16 tahun ke atas atau sudah menikah,
menurut Undang-undang perkawinan
yaitu 19 tahun untuk pria dan 16 tahun untuk wanita dan karakter
pribadi
yaitu kematangan dan tanggung
jawab.
Berbagai aspek kedewasaan ini sering tidak konsisten dan
kontradiktif. Seseorang dapat saja dewasa secara biologis, dan
memiliki karakteristik perilaku
dewasa, tapi tetap diperlakukan sebagai anak kecil
jika berada di bawah umur dewasa secara hukum. Sebaliknya, seseorang
dapat secara legal dianggap dewasa, tapi tidak memiliki kematangan
dan tanggung jawab yang mencerminkan karakter dewasa.
Kaitan
antara ilmu dan kedewasaan lebih kepada aspek menyikapi ilmu
tersebut, apakah manusia bisa menyikapi ilmu tersebut secara dewasa
ataukah tidak. Seperti contohnya di televisi saat ini, seorang yang
dewasa akan mampu memahami makna dari tanyangan yang ada di televisi,
mampu mengambil sisi positif, dan mengabaikan sisi negatif. Tetapi
seseorang yang tidak dewasa menelan ilmu tersebut mentah-mentah,
tanpa memperhatikan sisi positif maupun negatifnya.